Melayu Oblong "melo" Slideshow: Wak’s trip from Pekanbaru, Sumatra, Indonesia to Riau was created by TripAdvisor. See another Riau slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Minggu, 19 September 2010

Idrus Tintin, Penyair dan Pelakon Tangguh Riau

"YA" Karya Idrus Tintin

Kau ajak aku pergi
Aku bilang tidak

Kau tawarkan aku ini itu
Aku bilang tidak

Kau bujuk aku macam- macam
Aku bilang tidak

Jurang menganga antara kau dan aku
Alangkah lebar

Akhirnya kau berkata
Kita akan bertemu juga akhirnya nanti
Pada suatu waktu di suatu tempat
Di ujung jalan itu
Entah bila

Dan aku bilang
Ya.






Idrus Tintin adalah penyair dan pelakon tangguh Riau. Pria yang dilahirkan di Rengat, Riau, 10 November 1932. Lahir dari seorang emak bernama Tiamah dan bapak bernama Tintin. Tiamah berasal dari Penyimahan dan menetap di Enok Dalam, Melayu Timur, Indragiri (sekarang termasuk wilayah Indragiri Hilir). Sementara bapaknya Tintin, berasal dari Lubuk Ambacang, Indragiri (sekarang termasuk wilayah Kabupaten Kuantan Singingi, Riau). Idrus Tintin merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, yaitu Mohammad Boya (sulung), Mustika, Idrus Tintin, dan Norma (bungsu).

Idrus Tintin memulai riwayat pendidikannya di Sekolah Rakyat Tarempa, kemudian pindah ke Sekolah Rakyat di Rengat. Kepindahannya ini disebabkan kondisi Tarempa pada waktu itu dibombardir oleh pasukan Jepang pada tanggal 14 Desember 1941. Dalam peristiwa tersebut tidak kurang dari 300 orang masyarakat sipil, termasuk ayahandanya, menjadi korban dan meninggal dunia pada tahun 1942. Sepeninggal ayahandanya, ia bersama keluarga akhirnya kembali ke Tanjung Pinang dan meneruskan sekolah hingga selesai.

Usai menyelesaikan pendidikan di Sekolah Rakyat, Idrus Tintin melanjutkan pendidikan di Chugakko (sekolah tingkat pertama) milik Jepang, namun tidak selesai. Pada akhir tahun 1944 ia ke Tembilahan untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Muhammdiyah, itupun tidak diselesaikannya. Tahun 1947 Idrus Tintin kembali ke Rengat dan melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertamanya. Ia juga pernah mengikuti kursus Sekolah Menengah Pertama (SMP) di sore hari untuk program ekstranei hingga lulus. Setelah itu, ia melanjutkan sekolah ke
Tingkat Menengah Atas Sore Tanjung Pinang.

Selama hidupnya, Idrus Tintin telah melakoni berbagai pekerjaan. Saat berumur 16 tahun, pada bulan Februari 1949, ia kembali lagi ke Tembilahan dan bergabung menjadi TNI. Ia juga pernah bekerja sebagai pegawai negeri sipil di beberapa tempat antara lain; sebagai Staf Q Brigade DD Angkatan Darat TNI, Juru Tulis Kantor Camat Tarempa, Jawatan Penghubung Sosial Kewedanaan Pulau Tujuh, Tarempa dan guru honorer selama 17 tahun di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Pekanbaru, Riau.

Idrus telah menorehkan nama di jagad kesenian Riau selama hidupnya. Tak heran jika gedung seni dan pertemuan di area Purna MTQ Pekanbaru nan megah diberi lebal namanya, Anjung seni Idrus Tintin. Dalam dunia seni peran/teater, berbagai pengalaman telah ia peroleh dan berbagai sumbangsih telah ia berikan. Itu dimulainya sejak tahun 1943 saat bermain drama dalam bahasa Jepang produksi Raja Khadijah. Tahun 1944 di Tanjung Pinang, ia menggelar sandiwara dengan ide cerita Nosesang, dimana cerita ini bertutur tentang kehidupan petani dan nelayan. Tahun 1945 di Rengat, beberapa kali ia bermain sandiwara bersama grup Seniman Muda Indonesia (SEMI) asuhan Agus, Moeis dan Hasbullah. Pada tahun 1952, ia kembali ke Tarempa dan mendirikan sebuah sanggar sandiwara bernama Gurinda.

Untuk menimba ilmu dan memperluas wawasan seni peran yang telah ia geluti, pada tahun 1959, ia memutuskan mengembara ke Pulau Jawa. Di sinilah, Idrus berkenalan dengan seniman-seniman Jawa antara lain; Asrul Sani, Rendra, B. Jayakesuma, Soekarno M. Noor, Ismet M. Noor, Teguh Karya, Chairul Umam, dan seniman lain. Pertemuan inilah yang
menjadi titik tolak perkenalan Idrus dengan seni peran/teater modern/kontemporer. Selama berada di Jawa, ia sempat menjadi peserta dalam berbagai forum diskusi para seniman, baik formal maupun non-formal, terutama yang membicarakan tentang pemeranan dan penyutradaraan.

Pada tahun 1961, Idrus Tintin kembali menetap di Rengat dan membentuk sebuah kelompok teater. Sejak menetap di Riau, setiap ada perayaan hari-hari besar, Idrus selalu tampil bermain teater. Tahun 1964, Idrus mengikuti Festival Drama di Pekanbaru yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Riau. Naskah yang dipentaskan adalah naskah Pasien. Tahun 1968, Idrus menyutradarai pertunjukan teater modern di Gedung Trikora Pekanbaru berjudul Tanda Silang. Tahun 1974, bersempena Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, Idrus menyutradarai pertunjukan teater kolosal di Balai Dang Merdu Pekanbaru dengan judul Harimau Tingkis. Pada tahun yang sama, ia bersama Armawai KH. menubuhkan wadah pembinaan teater di Riau yang diberi nama Teater Bahana.

Banyak tokoh kesenian sependapat bahwa Idrus lebih menonjol dengan keaktorannya dalam dunia teater dari pada dunia kepenyairan. Oleh sebab itu, Idrus lebih menonjol aspek oralnya dari pada aspek tulisnya. Dilihat dari sisi ini, memang ketungkuslumusan Idrus, oleh beberapa pengamat, dianggap sebagai seorang yang memiliki kemampuan untuk menjadikan hal-hal tragedik menjadi komedik. Dalam teater memang sulit dilupakan bahwa Idrus merupakan sosok yang berhasil mendobrak dominasi sandiwara tradisional/klasik yang disebut teater cis.

Beliau meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2003, dalam usia 71 tahun. Idrus telah menorehkan nama di jagad kesenian Riau selama hidupnya. Tak heran jika gedung seni dan pertemuan di area Bandar Seni Raja Ali Haji / Purna MTQ Pekanbaru nan megah diberi lebal namanya, Anjung seni Idrus Tintin.



Karya Idrus Tintin:
1. Luput, kumpulan sajak Idrus Tintin, berisi 26 sajak, dituliskan kembali oleh Armawi KH (tahun 1986).
2. Burung Waktu, adalah kumpulan puisi Idrus Tintin, berisi 37 judul puisi, diterbitkan oleh Gramitra Pekanbaru (tahun 1990).
3.Idrus Tintin Seniman dari Riau; Kumpulan Puisi dan Telaah, adalah kumpulan tiga judul puisi Idrus Tintin yaitu, Luput, Burung Waktu dan Nyanyian di Lautan, Tarian di Tengah Hutan (tahun 1996).
4.Jelajah Cakrawala; Seratus Lima Belas Sajak Idrus Tintin, adalah kumpulan puisi Idrus Tintin (tahun 2003).

Selain karya-karya tersebut di atas, Idrus Tintin juga memiliki karya-karya lain berupa naskah teater dan pernah dipentaskan, yaitu:
1. Naskah cerita berjudul Buih dan Kasih Sayang Orang Lain
2. Naskah cerita berjudul Bunga Rumah Makan
3. Naskah cerita berjudul Awal dan Mira
4. Naskah cerita berjudul Pasien
Kesemuanya ditulis dan telah dipentaskan dalam sebuah pementasan di Tanjung Pinang.

Penghargaan
Atas semua karya dan jasa-jasanya bagi budaya dan kesenian, Idrus Tintin telah dianugerahi beberapa penghargaan, yaitu:
1. The Best Actor dalam Festival Drama di Pekanbaru dari Pemerintah
Provinsi Riau (tahun 1996).
2. Anugerah Sagang Kategori Seniman dan Budayawan Pilihan Sagang,
dari Yayasan Sagang (tahun 1996).
3. Seniman Pemangku Negeri (SPN) kategori Seni Teater, dari Dewan
Kesenian Riau (tahun 2001).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar