Melayu Oblong "melo" Slideshow: Wak’s trip from Pekanbaru, Sumatra, Indonesia to Riau was created by TripAdvisor. See another Riau slideshow. Create your own stunning slideshow with our free photo slideshow maker.

Jati Diri

"Langkahnya rentak bermawah, sepuluh jari menjunjung marwah, Bagai tersirat banyak faedah, Punya sejarah Negeri Bertuah"

Ya, setiap manusia di muka bumi ini tidak akan terlepas dari sejarah. Sejarah sebagai tempat kita bercermin, dan sejarah adalah lingkaran aktivitas manusia menurut dimensi waktu dulu, kini maupun mendatang. Kisah dan sejarah adalah cermin. Cermin berfungsi memotret secara jujur watak manusia dan kehidupan, bagaimana memahamkan kehidupan berawal dan berakhir. Sebagai cermin, kisah dan sejarah selalu berbicara apa adanya mengenai siapapun. Bagi para penguasa, kisah tentang penguasa menjadi cermin fungsi dan amanah kekuasaan. Bagi para ulama, kisah menjadi cermin untuk tidak menyelewengkan amanah keilmuan. Bagi rakyat jelata, kisah menjadi cermin nikmatnya memiliki penguasa adil dan bijaksana.

Melayu Riau mempunyai sejarah budaya nan unik, budaya melayu dimana disinilah dulu kerajaan melayu yang asli pertama berdiri, dari sinilah dulu budaya melayu berpusat dan berkembang lalu menyebar ke wilayah-wilayah sekitarnya termasuk Malaysia. Sejak dahulu, bangsa Melayu membina budayanya sendiri hingga mencapai tahap tamaddun yang tinggi, yang telah memberi sumbangan terhadap budaya nusantara dan dunia. Hasil cipta alam Melayu telah memperlihatkan corak yang cukup halus sifatnya, cukup matang dan tinggi daya fikirnya.

Namun kini sungguh disayangkan, perubahan zaman telah membuat keberadaan tradisi melayu menjadi surut. Masyarakat Melayu semakin lama menjadi semakin individualistis dan disibukkan dengan berbagai upaya memenuhi kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Salah satunya tradisi yang mulai ditinggalkan adalah seni berpantun yang merupakan "Tunjuk & Ajar" masyarakat melayu, saat ini semakin jarang diperdengarkan, sehingga tidak banyak lagi orang yang mahir menyusun dan melantunkannya. Masyarakat melayu kini tidak lagi begitu bangga menyandang gelar sebagai "budag melayu"... Lebih tepatnya, melayu hari ini telah kehilangan identitas ke-melayu-annya.

Berangkat dari sini, Melayu Oblong Melo mencoba mengangkat kembali atau berusaha mendokumentasikan keseharian budaya melayu yang saat ini sudah jarang ditampilkan ataupun diperdengarkan, yang diangkat dalam desain-desain kaos/ t-shirt. Tentu saja tidak mudah mengangkat tema-tema tersebut menjadi sebuah desain, apalagi meramunya dengan "kenakalan" khas Melo, sehingga khususnya anak-anak muda secara langsung ataupun tidak bisa mengenali budayanya. Banyak cerita menghiasi latar belakang awal terbentuknya Melo teutama melalui personil-personil yanjg terlibat dalam mendesain dan produksi Melayu Oblong Melo.

Dimulai dari orang yang pertama adalah David Alamsyah. Ia adalah penggagas awal dicetuskannya Melayu Oblong Melo. Sejak hijrahnya dari Jakarta ke kota Dumai pada September 2009, ia mulai mendapat "ilham" untuk memulai usahanya ini. Melalui buku-buku perpustakaan, lewat browsing internet dan lebih terpenting dari keberadaannya di lingkungan baru bersama keluarga, ia mulai mengumpulkan data-data sejarah dan budaya masyarakat melayu di Riau.

Alhasil dalam jangka waktu kurang lebih 9 bulan, ia telah menyiapkan beberapa bakal bahan desain untuk produksi kaosnya. Lalu mengapa kaos oblong yang menjadi pilihannya ? Karena kaos oblong dapat mengkomunikasikan berbagai lokasi atau identitas social, dengan semakin tumbuhnya industri periklanan, kaos merupakan bilboards mini yang cukup efektif untuk mengkomunikasikan sebuah produk, sebagaimana mengkomunikasikan diri atau identitas.

Mengapa mengangkat Riau ? Riau boleh dengan sombong dan lantang menyebut diri sebagai Propinsi Terkaya, dijuluki sebagai Kota Minyak. Entahlah, sampai di mana kepahaman pemerintah kota, khususnya Pemprop Riau, akan apa arti semua label itu. Di benak hampir semua orang sekarang, Riau identik dengan kurangnya sarana hiburan dan wisata serta minimnya perhatian Pemkot maupun Pemda Riau terhadap keberlangsungan kesenian melayu. Dan tentu masih berderet lagi citra Riau yang tak enak didengar.



Akun Facebook : http://www.facebook.com/?ref=home#!/profile.php?id=1570923700&ref=ts

David terlahir di Jakarta dari pasangan Melayu (ayah) Bagansiapi-api Riau dan (ibu) Tebing Tinggi Medan, sejak kecil ia sudah terbiasa hidup dalam lingkungan budaya Melayu yang kental serta adat istiadat yang begitu kuat (terutama dalam penggunaan bahasa dan pada acara-acara perayaan keluarga). Kondisi ini telah mendorongnya untuk belajar memahami dan kemudian mencintai kebudayaan Melayu. Semasa kuliah aktif dalam komunitas teater serta organisasi kampus, setelah itu ia menjalani keseharian pekerjaannya sebagai seorang arsitek disalah satu perusahaan pengembang di Jakarta. Sejak kelahiran putra pertama dari pendamping hidupnya yang kebetulan berasal dari melayu Dumai, mengharuskan David untuk hijrah dan menetap disana sampai sekarang. Di sinilah, "ide gila" itu dimulai...

Adam Mulhadi Seniman Kaligrafi Bengkalis
Adi, begitu biasa kami memanggil beliau. Laki – laki yang terkesan pendiam dan ekslusif jika baru mengenal beliau. Beliau memang bukan tipe orang suka basa – basi, namun kalau kita sudah kenal dekat..orang ini nggak kalah seru dan asyik dalam bergaul. Sangat friendly dan terbuka.

Akun Facebook : http://www.facebook.com/?ref=home#!/profile.php?id=100000679016647&ref=ts

Ia adalah seorang lulusan Informatika, namun keahliannya dalam seni lukis dan kaligrafi tidak diragukan lagi. Keahliannya ini didapat secara turun-temurun dari ayahnya yang juga seorang seniman kaligrafi. Beberapa masjid dan rumah tinggal para pejabat daerah Kabupaten Bengkalis pernah dirancang ukiran kaligrafi olehnya. Tak hanya itu berbagai lomba dan penghargaan propinsi juga pernah diraihnya, salah satunya adalah penghargaan dari bandar Serai Pekanbaru tentang lukisan Grafis tingkat provinsi Riau dan penghargaan pemenang lomba kaligrafi dekorasi tingkat provinsi Riau. Ia bersama beberapa teman mendirikan Lembaga Kaligrafi Bengkalis.

Saat ini keahliannya dalam ilmu informatika, telah ia terapkan dalam mendesain/ melukis kaligrafi, menurutnya dalam segi keakuratan bentuk dan ukuran..mendesain lewat komputer lebih mudah. Keahlian program yang ia kuasai adalah ; Photoshop, Coreldraw, Autocad, Sketchup dll. Ia bangga jadi orang melayu, ia bangga bisa lahir dan tinggak di kota kelahiran tokoh humoris legendaris Riau "Yung Dollah". Motto dalam hidupnya "Sekirenye kite bercakap, hendaklah kite melayu berbahase, karne bahase menunjokkan sikap dan martabat.."

Uchent - Bermusik Untuk Kehidupan
Tumbuh sebagai musisi berawal dari eksistensi dia di scene festival musik. Bandnya sempat juga masuk dalam album kompilasi festival musik di kota Pekanbaru. Berbagai bidang ilmu sempat juga ia lakoni, dari mulai menjadi Seniman Lukis dan Kaligrafi, mahasiswa Arsitektur di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, bermain musik sekaligus menulis lirik lagu hingga saat ini ia aktif sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi di Universitas Islam Riau Pekanbaru.

Akun Facebook : http://www.facebook.com/?ref=home#!/profile.php?id=100000154032698&ref=ts

Lahir dengan nama lengkap Muhammad Mukhsin Nur, biasa dipanggil Uchent / dibaca : ucin. Saat ini menetap di Pekanbaru, untuk terlibat pada proses pembuatan dan produksi Melayu Oblong Melo, manajemen harus cukup sabar untuk untuk mengajaknya bergabung. Mungkin lantaran kesibukannya diluar kampus yang cukup padat.

Dedisyah Yuniarto – Obsesi Dari Pulau Jawa Hingga ke Sumatera
Meskipun bukan asli suku melayu Riau, tapi sobat kita yang satu ini juga termasuk dalam ras melayu-mongoloid seperti kita loh heheheuw… dan Yogyakarta menjadi pilihan tempat tinggalnya saat ini. Pria gondrong yang ramah dengan penampilan sedikit cuek ini dikenal sebagai seorang pemikir sekaligus juga pekerja keras. Selagi berkuliah di Jakarta, beliau aktif dalam wadah pergerakan mahasiswa 1998, bahkan disela-sela kegiatannya itu ia juga menjadi salah satu perintis Komunitas Teater Mahasiswa, bergaul dengan seniman-seniman Bengkel Teater Rendra. Buku karya sastra pertamanya “Sajak Perjalanan Pertama” telah menjadi bukti eksistensi dirinya dalam berkesenian.

Akun Facebook : http://www.facebook.com/dedisyah?ref=ts

Persahabatan Dedi dengan David sejak dimasa kuliah sampai dengan sekarang, tidak pernah berhenti walaupun mereka telah berpisah jauh. Bahkan telah membuahkan suatu gebrakan besar, “mimpi dan ide gila” David mengenai konsep melayu oblong kini telah dapat menjadi kenyataan berkat pertolongan seorang Dedi.

Di Jogyakarta kini, Dedi bernaung di sebuah wadah Fighting Cocks Management. Yaitu sebagai wadah manajemen kerja bagi seniman-seniman lukis asal Jogya. Sebagai pribadi yang sangat respect terhadap budaya melayu, ia memiliki persepsi tersendiri mengenai perkembangan melayu, “Generasi melayu saat ini, ia rasakan kurangnya respect terhadap visi dan revolusioner pendahulu-pendahulunya sebagaimana perjuangan seorang Raja Ali Haji”.

Melo Kaus Bertuah, Buah Tangan Negeri Pantun Riau
“Kaus Bertuah Rajut Bertingkah, Dengan Niat Menjunjung Marwah, Buah Tangan Riau nan Megah, Kepada Semua Semoga Berfaedah”

Dengan label sebagai cinderamata kaos oblong khas dari Riau maka sudah jelas, kehadiran Melo pada 19 Juni 2010 ditengah-tengah masyarakat tidak berarti hanya untuk oleh-oleh dari provinsi Riau. Walaupun pada kenyataannya kami sadar betul, Riau sendiri kini telah terbagi menjadi dua provinsi yang berbeda (Provinsi Riau, dan Provinsi Kepulauan Riau). Tapi kami tidak ingin terjebak oleh bayangan bahwa Riau dan Kepri adalah dua Provinsi yang berbeda, karena sampai kapanpun sejarah dan budaya mereka tetaplah dari sumber yang sama Melayu Riau.

Kami hanya ingin menyuguhkan imajinasi melayu Riau dengan cara kami. Karena itu dalam desain-desain kaos yang kami tampilkan tidak mewajibkan adanya tradisi maupun budaya daerah Riau tertentu. Bila kami mengangkat tema desain Candi Muara Takus dalam kaos plesetan versi Coca-cola, maka bukan berarti kami orang Kampar. Bila Raja Ali Haji juga kami bawakan dalam desain, tak berarti pula kami dari Tanjungpinang dsb. Kami ingin dimiliki oleh semua orang melayu Riau, baik Riau dan Kepulauan Riau…itu saja

Karena itu jika anda membeli atau melihat desain kaos kami, lihatlah itu sebagai Melo Kaus Bertuah, Buah Tangan Negeri Pantun Riau. Kami akan terus belajar menjadi diri kami sendiri, dan biarkan setiap jati diri itu melebur menjadi satu antara David, Adi, Uchen dan Dedi. Kebebasan ide kami terlalu luas untuk di kotak - kotakan menjadi darimana asal kami..kami adalah Melayu Oblong Melo..desain kaos kami adalah aturan main kami...jika anda tidak suka...hanya tiga kata yang kami sisakan..APE NAK JADILAH !

Ini kami Melo Kaus Bertuah ! Terserah kalian mau suka atau tidak ! Yeaaach !